Bersama "Dadang Kadarusman":
Pukul 13.00-15.00 wib. Hari Jumat, 1 Mei 2020 bersama bapak Dadang Kadarusman, Seorang Motivator terkenal Indonesia dan Pembicara Nasional. Tema : Motivasi Menulis Setiap hari dan Menerbitkan Buku, http://www.dadangkadarusman.com/

[1/5 13.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Selamat siang semuanya, semoga sehat semuanya dan dapat berpuasa di bulan ramadhan yg indah ini
[1/5 13.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Assaalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
[1/5 13.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Siang hari ini kita akan mendaptkan pengetahuan dan pengalaman dari seorang yang luar biasa. Beliau adalah bapak Dadang Kadarusman
[1/5 13.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Terima kasih Om Jay 🙏👍
[1/5 13.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kuliah online lewat online ini akan dipandu bapak @⁨Bambang Ayah Salwa⁩ , Kepada pak bambang kami persilahkan
[1/5 13.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Assaalamu alaikum Warahmatullahi wabarakatuh
[1/5 13.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Ijinkan saya Bambang , boleh panggil MrBamS.
[1/5 13.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bapak Dadang Kadarusman yang saya hormati. Om Jay yang selalu setia membimbing kita semua. Terima kasih atas kehadirannya di ruang ini.


[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Assalaamualaikum bapak Ibu sekalian. Saya berterimakasih kepada Omjay  yang telah berbaik hati mengajak saya ambil bagian dalam program pelatihan ini.
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Nama saya Dadang Kadarusman.
Ayah saya seorang guru sekolah dasar. Ketika saya masih kecil, beliau sering membawakan buku2 bacaan. Dari situ saya jadi suka membaca. Dan dari suka membaca itu kemudian saya berkeinginan untuk menulis. Jadi sejak kecil saya sudah menulis.
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya juga berterimakasih kepada bapak ibu guru sekalian karena berkenan untuk menyimak topik yang akan saya bawakan.
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Sampai hari ini, alhamdulillah Allah kasih saya kekuatan untuk terus menulis
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Dalam forum ini mungkin saya hanya bisa membawakan materi sedikit saja karena adanya keterbatan ilmu saya dan hal-hal lainnya. Namun semoga yang sedikit ini bisa menjadi tambahan referensi bagi bapak ibu yang ingin meningkatkan kemampuan menulisnya.
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya rasa perkenalannya cukup sekian dulu ya Om B. Jika bapak dan ibu ingin mengenal saya lebih lanjut silakan kunjungi website saya www.dadangkadarusman.com
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Ya terima kasih Om Deka, wah nama saya bertambah lagib🤣.

Kami persilahkan kepada Om untuk memberikan materi sampai pukul 14.00.
Sisanya sampai pukul 15.00 untuk tanya jawab.
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Peehatian untuk peserta
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Baik Om.
[1/5 13.15] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Pertanyaan hanya diajukan mulai pukul 13.45
[1/5 13.16] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bapak ibu ijinkan saya untuk mengkombinasikan antara menulis dengan pesan suara ya
[1/5 13.16] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Pertanyaan melalui 088809405468 😊🙏
[1/5 13.16] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tema kita kali ini adalah tentang MENULIS SETIAP HARI dan MENERBITKAN BUKU ya
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya tanya, cara apa yang tidak Anda ketahui itu?
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya tidak tahu apakah hal itu juga dihadapi oleh bapak ibu di forum ini
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Ya cara menerbitkan buku, jawabnya.
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Pikiran dia tentang "Cara Menerbitkan buku."
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Apa itu yang harus diperbaiki?
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tapi dari dialog sederhana itu kemudian saya melihat ada 1 aspek yang perlu diperbaiki pada orang yang ingin mempunyai hasil karya berupa buku
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bapak Ibu ketahuilah bahwa hari ini, menerbitkan buku itu sangat mudah sekali.
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Sekarang tantangan terbesar kita BUKAN pada menerbitkan bukunya. Melainkan pada MENULIS SETIAP HARInya
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Beda dengan 20 tahun lalu ketika saya pertaman kali ingin menerbitkan buku. Ditolak penerbit itu biasa sekali.
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kita, tidak perlu mendatangi penerbit lagi
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: mereka yang datang kepada kita.
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jika kita bisa menulis setiap hari, maka kita akan sampai pada titik dimana kualitas tulisan kita akan sangat menarik bagi penerbit.
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Buku-buku saya pada umumnya adalah hasil dari penerbit datang dan menwarkan untuk menerbitkan naskahnya
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kan enak ya kalau begitu
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Nantinya tinggal bapak ibu aja mau menerbitkannya atau tidak
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Sebab saya percaya bahwa, penerbit akan mendatangi Anda jika skill menulis Anda sudah sesuai dengan yang mereka cari
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: So, pembahasan kita kali ini akan saya fokuskan kepada cara menulis setiap harinya.
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jadi pelajaran pertama, jangan lagi berpikir bahwa menerbitkan buku itu susah. Gampang banget.
[1/5 13.30] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Lalu bagaimana seseorang bisa menulis setiap hari?
[1/5 13.54] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Sekarang, saya akan membahas tetang 'WHY' -nya terlebih dahulu.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Yang kedua, kenapa kita perlu menulis setiap hari. Karena menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: dan itu terjadi secara refleks saja
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan itu. atau butuh seseorang yang mau mendengarnya
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: padahal, belum tentu ada yang mau dengan kan?
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: yaitu, selembar kertas dengan pena kalau dulu
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa mencurahkannya disana
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: menulis setiap hari itu merupakan healing remedy.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Yang ketiga.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari adalah; Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jadi, bapak ibu sekalian. Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Seberapa banyak?
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kalau saya pribadi, 1 hari 1 artikel
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Nah kalau ukurannya jumlah artikel, berarti tidak ditentukan jumlah katanya kan ya
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kan jaman dulu kalau kita mau mengirim artikel ke koran, itu ada ketentuan jumlah kata
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Hal itu membuat penulis pemula kesulitan.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: kenapa ? Karena bukan hal yang mudah untuk menuanggkan gagasan secara indah dengan jumlah kata yang ditentukan.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Maka bagi saya, ukurannya adalah "1 Artikel"
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Artikel itu apa? Sebuah paparan yang memuat buah pikiran penulis sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Begitu ukurannya
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jadi, yang penting dalam 1 hari itu ada karya tulis ibu bapak yang "KALAU" dibaca orang lain, mereka akan memahaminya
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Oya, kenapa saya pakai kata KALAU?
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Duh, sedih banget ya. sudah cape-cape nulis tapi kok nggak ada yang baca
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Karena, belum tentu ada orang yang membaca artikel itu
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Nah, ini penting bapak ibu.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: kenapa? Karena kalau orang lain baca pun belum tentu feedbacknya positif kan ya
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Ditahap belajar ini, sebaiknya kita tidak terlalu baper soal ada yang baca apa nggak
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: so, yang penting menulis saja dulu.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kan tidak sedikit orang yang berhenti menulis karena pembacanya memberi feedback negatif.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kalau tulisannya sudah memenuhi standar minimal untuk dibaca orang, YAKIN DEH bakal dibaca
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: WHAT makes you write something?
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Setelah membahas tentang WHY yang berhubungan proses membiasakan diri dalam menulis itu Sekarang kita bahas WHATnya
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Pertanyaan ini sederhana.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Apa sih yang menjadi mendorong Anda untuk menulis?
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tapi orang yang tidak menemukan jawaban yang tepat, akan berhenti ditengah jalan
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jadi mari kita tanyakan kepada diri sendiri dulu apa yang mendorong kita menulis. dengan kata lain, apa sih tujuan kita menulis?
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Contoh. Ada orang yang menulis agar mendapatkan uang? Ada. Dulu, saya pernah berada di level itu.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya menulis untuk mendapatkan uang, karena saya butuh untuk biasa sekolah.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: lebih banyak naskah yang dikembalikan redaksi daripada diterbitkan
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Apakah saya berhasil? Lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Dan sampai sekarang, saya menulis BUKAN untuk uang
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saat itulah kemudian saya sadar bahwa, menulis karena ingin mendapatkan uang; bukanlah nilai pribadi saya.
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis. boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita
[1/5 14.05] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN. Nah, yang ini menurut hemat saya; paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti kita.

[1/5 14.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bapak ibu boleh nggak menjadikan uang sebagai pendorong utama dalam menulis. boleh saja. tidak masalah. Tapi nanti seiring berjalannya waktu kita akan menemukan apa dorongan yang paling cocok buat kita
[1/5 14.06] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kedua, menulis dengan dorongan INGIN BERBAGI PENGETAHUAN. Nah, yang ini menurut hemat saya; paling sesuai dengan jiwa pendidik seperti kita.
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kita juga bisa kecewa jika bayarannya ternyata tidak seperti yang kita harapkan
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: dulu ketika saya menulis karena uang, kadang saya kecewa karena penerbit menolak. Seperti diremehkan oleh mereka deh rasanya
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: _maaf waktunya 5 menit lagi, om_ 🙏😊
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Royalti penulisan buku misalnya.
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Siap
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Lalu kalau menulis setiap hari Idenya dari mana?
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Nah ini penting saya sampaikan
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Ini pertanyaan banyak orang
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: pegang teguh prinsip itu
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bapak ibu,  segala hal yang bisa ditangkap oleh panca indra kita adalah sumber ide. Tinggal kita olah saja.
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: berapa banyak rangsangan yang masuk kedalam sistem panca indra dan indra ke 6 kita?
[1/5 14.23] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jumlah rangsangan itu TAK TERHINGGA.
[1/5 14.34] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Maka itu berarti bahwa sumber ide penulisan kita bisa SAAAANGAT banyak
[1/5 14.34] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Contoh. Hal apa yang bapak ibu tangkap dengan panca indra sekarang?
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: P1
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Selamat siang
Saya Dwi Mulyanti
Dr SMKN 1 Kademangan Kab. Blitar
Pertanyaan saya
1. Berapa lama pengalaman bapak mengasah menulis hingga akhirnya dipercaya oleh penerbit seperti sekarang ini?
2. Sebagai permulaan, Seperti apa strategi dan Tips memilih penerbit yang sesuai dengan buku yang akan kita terbitkan?
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silahkan Om 🙏😊👍
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Baik Bu Dwi. Saya mulai menulis sejak SD, aktif sekali SMP sampai ikut lomba-lomba. Berarti sudah sekitar 40 tahun menulis. 1. Kapan mulai dipercaya oleh penerbit? Sekitar 10 tahun lalu. Jadi butuh 30 tahun perjalanan terlebih dahulu. Tapi, ada tapinya. Kondisi saya dulu beda dengan sekarang. Dulu, penerbit hanya sedikit. Dan mereka punya bargaining power yang sangat tinggi. Maka mereka sulit ditembus. Sekarang, ada Sangat banyak penerbit. bahkan menerbitkan sendiri pun bisa. Sehingga Bu Dwi tidak butuh waktu selama saya untuk diercaya penerbit. #2. Kalau kita masih pemula, sebaiknya tidak usah menerapkan terlalu banyak kriteria penerbit. Karena kita yang masih pemula butuh mereka kan ya. Strateginya paling gampang adalah; Ibu terus ikut kursus menulis seperti ini, lalu bikin naskah sambil konsultasi terus dengan penyelangara. Omjay, misalnya. Saya yakin beliau bisa menghubungkan kita dengan penerbit. Jadi ininya seperti saya jelaskan diawal; Fokus dulu kepada proses mengasah skill menulisnya saja. Lalu biarkan hasil karyawa ibu berseliweran diruang publik. Nanti, bakal seperti bakal jadi seperti lampu yang menarik perhatian para laron. N
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: P2
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya Syukri dari padang mau tanya sama bang deka, yang pertama,nulis setiap hari kalau dipaksakan mungkin bisa ya bang. Tapi tentang Themanya apakah harus terstruktur atau bagaimana bang. Yang kedua berapa banyak kah kita harus nulis per hatinya? . Yang ketiga untuk masa berapa lama tulisan trsebut kita kumpulkan?. Makasih atas jawabannya bang deka.🙏
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silahkan Om 🙏😊👍
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Baik Pak Syukri. Betul pak, kalau dipaksa bisa. Tapi, 'paksaan' adalah sebuah proses yang efektif untuk mendisiplinan seorang pembelajar yang belum memiliki 'refleks menulis' sendiri. Saya misalnya, sudah mulai menulis sejak SD. Tapi menulis setiap harinya barus setelah bekerja dibisa HR. Bahkan bagi yang sudah biasa menulispun butuh dipaksa. 1) Mengenai Thema, dalam tahap belajar; TIDAK USAH KHAWATIR SOAL TEMA dan sistematika penulisan. Pokoknya nulis saja. Tidak usah takut salah. toh ini bukan UN kan? Kalau saya bicara dengan penulis yang sudah pro, saya menuntut mereka hasil karya yang pro. Tapi, bagi pembelajar, yang terpenting adalah; kemauan untuk terus praktek menulis. Lalu, bersedia mendengar masukan dari orang lain untuk perbaikannya
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: #2. berapa banyak perhari? Targetkan 1 karya tulis. Sepanjang apa? Berapa kata? Bebas. yang penting, karya tulis itu bisa menampung buah pikiran sehingga pembaca mengerti. Contoh,. jika kita ingin menulis dengan tema "PANTANG MENYERAH" misalnya. Tulisan bapak tidak usah 1000 kata. Cukup 2 atau 3 paragraf saja. Lalu, minta orang lain baca. Jika mereka bisa menerima atau mengerti ide yang ingin bapak sampaikan, berarti tulisan itu sudah menjadi 1 artikel. Nanti, panjang dan bobot tulisannya pelan-pelan ditingkatkan
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: #3. Tidak ada standar berapa lama masa pengumpulan. kecuali jika bapak punya kontrak dengan penerbit. Misalnya disepakati dalam 2 bulan naskah harus selesai. Kalau bapak menulis untuk tujuan lain, maka waktunya bisa beda lagi
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: N
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: P3
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Nama saya Heni Ekawati, S.Pd, M. Pd, Asal sy dr Aceh,,sy betugas di SLB. B YPAC BANDA ACEH
Sy ingin bertanya pak,,dari mana awalnya sy bercerita yang saya ingin menuliskan tentang kisah Anak Istimewa yaitu Dunia Tanpa Suara....
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silahkan Om 🙏😊👍
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bu Heni Ekawati
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Itu topik yang keren.
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Dari kalimat "DUNIA TANPA SUARA" saja sudah mengundang pertanyaan orang.
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: "Apaan sih maksudnya?"
[1/5 14.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya contohkan ya. Saya akan memulai sebuah tulisan dengan tema itu. nanti bisa ibu lihat bagaimana mengawali tulisannya
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Parafraf 1: Hey kamu. Pernahkah kamu membayangkan bagimana seandainya tidak seorang pun bersuara didunia ini. Tentu akan sepi sekali harimu kan? Tapi. bisakah kamu membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi? Sekarang. Coba pejamkan matamu. Lalu bayangkan. Andai saja tak segencring suara pun tertangkap pendengaranmu.
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: 👏👏👏
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tengkyu Om
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Sekarang, bisakan Ibu Heni lajutkan?
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silakan bu Heni lanjutkan dengan tulisan sendiri. Dan saya akan melanjutkan dengan tulisan saya
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Eh, tapi. menurut kamu. Apakah mungkin telingamu benar-benar tidak bisa mendengat bahkan sekedar bunyi 'ting' pun? Nggak ya. Nggak mungkin kamu nggak dengar bunyi anakku. Tahu kenapa? Karena ketahuilah sayang, bahwa Allah sayang banget sama kamu. Sehingga engkau bisa mendengar berbagai macam suara.
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Paragraf 2 tuch.


[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bu Heni lanjutkan punyamu ya.
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: 🙏👍😊
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: paragraf terakhir saya begini: Nak. Kamu sudah bersyukurkah dengan karunia indah itu? Karena ada loh, di desa sebelah. Seorang gadis yang tidak seberuntung kamu, sayang. Tapi sejak lahir sampai usianya yang menginjak 15 itu, tidak pernah mendengar apapun ditelinganya selain hening semata. Hebbbatnya..., gadis itu tidak pernah mengeluh nak. Tidak pernah pula sekalipun dia bersedih. Pokoknyaaa... a-... aaapa ya. Ehm, ibu...ibu kehabisan kata-kata untuk menjelaskan kemulian dirinya dibalik heningnya dunianya. Jika kamu tidak keberatan, sayang. Bolehkan Ibu mencari tahu lebih banyak tentangnya dan menceritakan kisah indah tentang gadis itu kepada hari Jumat nanti?
[1/5 14.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Sudah sampai pesannya nggak dengan 3 paragraf itu?
[1/5 14.47] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Minimal ada 1 gagasan yang sudah sampai kepada pembaca. Dan diujung ceritanya, ada 'komitmen' untuk melanjutkan.
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kesimpulan: orang bilang memulai itu sulit sekali. kalau saya bilang: MULAI SAJA SARI SEBUAH KATA yang terlintas dalam pikiran Ibu. Insya Allah. nanti akan mengalir dengan sendirinya. Dan kalau saya, biasanya sebelum menulis bilang begini: Ya Allah, apa yang saya harus tuliskan hari ini? Bimbing saya ya Allah ya.
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: N
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: P4
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Assalamualaikum Pak Dadang.saya baru tahu adanya Gosh writter itu.tapi saya ingin menerbitkan buku itu klo hasil dari tulisan saya sendiri. yang menjadi hambatan saya selalu ga pede ketika ingin mulai menulis, seakan ide itu hilang.bagaimana caranya supaya tetap semangat untuk bisa menulis dan supaya ide itu ga hilang.
Eti Haryati dari Bogor
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silahkan Om 🙏😊👍
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: waalaikumsalaam warohmatullah. Bu Eti.
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Keren.
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Ijinkan saya menambahkan bahwa menggunakan jasa "GHOSTWRITER" itu bukan hal yang buruk ya. Tapi itu cocoknya hanya untuk mereka yang hanya ingin menerbitkan buku.
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: kalau kita kan ingin menjadi penulis terampil, maka itu bukan opsi yang tepat buat kita
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Mengenai tidak pede. Itulah sebabnya tadi saya sampaikan bahwa dalam proses latihan menulis, kita tidak perlu terikat dengan target berapa jumlah kata. kan di sekolah dulu ada pelajaran mengarang ya. bu gurunya bilang panjang tulisan minimal 1500 kata. Widiiih, bagi pemula mah pusing banget. Jadi nyantai aja
[1/5 15.03] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Dan tadi kita bahas juga tentang,  tidak usah baperan dengan respon orang terhadap kualitas tulisan kita. Kita cuek maksudnya? Bukan. Tapi, kita harus menerima diri sendiri sebagai orang yang baru belajar. Jadi, kalau pun tulisan kita 'tidak laku' ya nggak apa-apa. Kan baru belajar. Latih terus aja. Bikin tulisan terus. Kalau belum berani menunjukkan tulisan itu pada orang lain, biarin aja jadi koleksi pribadi kita. Sambil terus memperbaiki tekniknya. Nanti kalau sudah ada tulisan yang 'layak' dicobain ke orang lain, tunjukkan saja. kalau bisa, pilih orang yang tidak akan bersikap negatif.
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kesimpulan: Banyak orang tidak pede saat mau menuangkan gagasan lewat tulisan. Saya bilang, hey boleh jadi seseorang sedang menanti buah pikiran mu untuk dibacanya dengan penuh kekaguman. So menulislah.
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: N
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: P5
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Maaf Om DK, dalam menulis sebuah buku apakah kita menentukan judul baru menulis artikel2 yg berkaitan dgn judul atau kita menulis artikel2 dulu baru diberi judul utk menjadi sebuah buku?
Agus Purwadi, Ponjong
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silahkan Om 🙏😊👍
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Baik pak Agus.
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Dulu buku saya yang judulnya "OUTSHINE" diberi judul duluan. Naskahnya ditulis belakangan. Sedangkan buku "KETIKA SEMUT DAN GAJAH BEKERJA" ditulis naskahnya duluan.
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Jadi, tidak ada keharusan menulis judul dulu atau naskah duluan.
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: _info dibelakang ada 11 pertanyaan_
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Santai saja.
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: N
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: P6
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya coba menulis di kompasiana namun yang membacanya tidak begitu banyak, Apakah tulisan-tulisan itu bisa di jadikan buku kompilasi ?
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: (Isar Daduki)
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silahkan Om 🙏😊👍
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Nah, pak Isar. Kalau sebuah tulisan sedikit yang baca, TIDAK BERARTI tulisannya tidak bagus. Bisa saja tempat penayangannya yang kurang tepat.
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tulisan-tulisan bapak bisa dibuat kompolasi
[1/5 15.11] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kalau ketemu audiens yang tepat, tentu akan banyak yang membacanya
[1/5 15.12] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: N
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Om DeKa, barangkali karena waktu dibatasi sampai 15.00. Sisa pertanyaan nanti saya kirim lewat email atau WA ?
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: P7
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Assalamu'alaikum

Sangat menarik Om Deka. Bgm menjaga keistiqomahan menulis setiap hari? Sebab bagi sy kdg semangat menulis, kdg luruh semangatnya. Terima kasih.

Isminatun, Sukoharjo
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silahkan Om 🙏😊👍
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Silakan di WA
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Langsung penanya ke Om ?
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Waalaikumsalaam warohmatullah Bu Isminatun.
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: itulah pentingnya menemukan WHAT MAKES YOU WRITE yang tadi kita bahas. Karena hal itu akan menentukan tingkat istiqomah kita
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tapi jawabat dari WHAT tadi sifat individual.
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kalau kita menulis karena uang, maka bakal berhenti ketika hasil karyawa kita nggak jadi uang banyak.
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tapi kalau kita punya alasan yang lebih tinggi lebih mulia lebih bernilai Insya Allah akan istiqomah
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya, misalnya. Sekarang menulis lebih karena ingin agar Allah mengajari saya sesuatu. lalu yang Allah ajarkan itu saya bagikan kepada orang lain.
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Dengan itu, maka saya selalu tanya; Ya Allah, hari ini saya bisa belajar apa?
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Dapat jawabannya
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: dituliskan
[1/5 15.18] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: lalu dibagikan
[1/5 15.19] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Makanya sekarang saya justru lebih tertarik untuk menulis artikel setiap hari kemudian diberikan secara free daripada memikirkan menerbitkan buku
[1/5 15.19] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Dengan demikian, maka gagasan saya bisa lebih cepat sampai kepada orang lain
[1/5 15.24] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Kesimpulan: Temukan, hal apa yang bisa membuat ibu ingin menulis. Atau apa tujuan ibu menulis. Jika sudah ketemu, nanti ibu akan dengan sendirinya menulis secara produktif
[1/5 15.24] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: N
[1/5 15.24] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Om karena waktumya sudah pukul 15.00, terima kasih banyam atas kesediaan Om untuk memberikan pembelajaran di sore ini
[1/5 15.24] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Tepuk tangan yang meriah
[1/5 15.24] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Om pernyataan akhir bagi kami semua ?
[1/5 15.24] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: 👏👏👏
[1/5 15.24] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Baik. terimakasih Om B, O J dan bapak ibu semua. Mohon maaf bla ada hal-hal yang kurang berkenang
[1/5 15.36] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: http://ieiezarticle.blogspot.com/2020/05/menulis-sedari-kecil-dan-sampai.html
[1/5 15.39] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bapak Ibu, menulis itu buat diri kita sendiri. Bukan buat orang lain. Jadi, berikanlah yang terbaik kepada tulisan kita sendiri. Sehingga mendapat yang terbaik dari kita berikan. Sedangkan para pembaca, adalah pihak yang ikut menikmati manfaatnya. Dengan begitu, maka lewat tulisan kita; kita menjadi pribadi yang lebih baik terlebih dahulu. Sambil mengajak orang lain untuk menemani perjalanan menuju perbaikan diri itu. So teruslah menulis. Karena dengan menulis, engkau melayani diri sendiri dan memberi manfaat kepada orang lain.
[1/5 15.43] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Wassalaamualaikum
[1/5 15.43] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Terima kasih Om Deka, Terima kasih Om Jay
Terima kasih semuanya
[1/5 15.43] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Bagi penanya yang belum dijawab silahkan kirim ke +62 812-1989-9737.

Saya MrBamS undur pamit, mohon maaf lahir bathin apabila ada kelurangan 😊🙏👍
[1/5 15.43] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Saya kembalikan ke Om Jay.
[1/5 15.43] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Warahmatullahi wabarakatuh
[1/5 15.43] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Terima kasih banyak om deka
[1/5 15.43] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Mohon audio kedua dikirimkan ulang karena suarabya kurang bagus
[1/5 17.29] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: https://romadean.blogspot.com/2020/05/motivasi-menulis-setiap-hari-dan.html
[1/5 17.39] +62 888-0940-5468: https://penamrbams.id/daftar-peserta-kelas-menulis-barang-om-jay/

Silahkan cek nama Bapak / Ibu disini.
[1/5 19.19] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Berikut ini narasi untuk ‘voice massage nomor 2’

Mungkin bapak Ibu bertanya, kenapa kita perlu menulis setiap hari? Seperti kata pepatah “Alah Bisa, Karena Biasa.” Jadi, orang yang terbiasa melakukan sesuatu akan mahir dalam melakukannya kan ya. Contoh, Ibu dan bapak guru kan suka menasihati anak didiknya agar membiasakan diri untuk melakukan sesuatu. Tujuannya apa? Untuk membuat anak didik itu mahir melakukannya. Demikian pula halnya dengan menulis. Jika kita melakukannya setiap hari, maka kita akan menjadi mahir menulis.

Contoh lain. Bapak Ibu ini kan jago banget kalau bicara didepan kelas. Banyak pula professor di kampus yang hebat dalam memberi kuliah. Tapi, ketika diminta untuk membuat sebuah karya tulis; jadi gelagapan. Padahal temanya adalah bidang yang dikuasainya dan biasa diajarkan kepada anak didiknya. Kenapa nggak bisa? Karena, para guru terbiasa bicara. SETIAP HARI BICARA. Namun, tidak terbiasa MENULIS. Makanya, kita perlu SETIAP HARI MENULIS. Agar kelak kita jadi terampil menuangkan gagasan bukan hanya melalui lisan saja. Melainkan juga dalam bentuk tulisan.
[1/5 19.19] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Semua pertanyaan sudah saya respon ya Bapak Ibu. Terimakasih banyak.
[1/5 19.24] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: https://membangunpersonalbranding.blogspot.com/2020/04/omjay-live-pagi-hari.html
[1/5 20.41] +62 812-9590-524: https://belajarmenulisbersamaomjayganteng.blogspot.com/2020/05/kunci-sukses-menjadi-penulis-setiap-hari.html
[1/5 20.46] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: Mengapa kita perlu menulis setiap hari?

Ada banyak alasan tapi saya akan memilih 3 atasan yang paling utama.

Yang pertama,
Kenapa kita perlu menulis setiap hari?  Jika kita ingin membangun karir di bidang penulisan, dalam perspektif pembelajaran kita kenal apa yang disebut dengan allah bisa karena biasa. Apalagi kita di kelas sering mengatakan atau menasehati anak didik kita. Kalau kita membiasakan diri untuk melakukan sesuatu setiap hari, maka kita akan menjadi terampil dalam hal yang kita lakukan. Kenapa banyak guru dalam pembicaaan begitu bagus, tetapi dalam menulisnya kurang bagus? Ini disebabkan karena mereka tidak melatih otot motorik tangannya mereka,  tidak mengkombinasikan atau tidak mempertemukan antara kemampuan berpikir dengan kemampuan menuangkannya ide ke dalam bentuk tulisan. Penggunaan lisan harus dibarengi dengan keterampilan menulis. Kalau itu terus dilakukan niscaya anda akan menjadi seorang yang terbiasa menulis.

Yang kedua,
Kenapa kita perlu menulis setiap hari? Karena menulis setiap hari itu membantu menjaga keselarasan antara otot-otot tubuh kita, juga jiwa. Jadi, nanti kalau kita sudah terbiasa menulis. Melihat apapun, selalu ingin menerjemahkan apa yang kita lihat itu kedalam bentuk tulisan. Dan itu terjadi secara refleks saja. Begitu pula ketika kita merasakan sesuatu. Orang yang tidak terbiasa menulis, bisa saja memendam perasaan itu atau butuh seseorang yang mau mendengarnya padahal, belum tentu ada yang mau dengan kan? Tapi jika dia terbiasa menulis, maka dia selalu punya teman untuk mencurahkan perasaannya. yaitu, selembar kertas dengan pena kalau dulu.  Kalau sekarang, tinggal ambil smart phone maka kita bisa mencurahkannya disana

Yang ketiga.
menulis setiap hari itu merupakan healing remedy.
Jadi, jika terbiasa menulis, kita bisa menjadi pribadi yang lebih sehat. Kesimpulannya, kenapa perlu menulis setiap hari? Karena seorang penerbit buku sejati, bukanlah orang yang meminta bantuan orang lain untuk menuliskan naskah bukunya. Melainkan orang yang memiliki kemampuan untuk menuliskan sendiri naskahnya secara mandiri. Bagimana kemampuan itu diasah? Dengan cara berkomitmen untuk tidak melewatkan 1 hari pun dalam hidup kita TANPA MENULIS. Jadi, bapak ibu sekalian. Jika Anda sungguh-sungguh ingin menjadi penulis handal; mulai sekarang, berkomitmenlah untuk menulis setiap hari
[1/5 21.07] OmJay dkk. dan Prof. Unifah Rosyidi: https://wijayalabs.wordpress.com/2020/05/01/tulisan-3-guru-blogger-ini-layak-mendapatkan-hadiah-kejutan-dari-penerbit-andi-mereka-menulis-dengan-hati/
[1/5 21.58] +62 819-2950-8568: Berikut ini adalah tautan ke file:

https://s.docworkspace.com/d/AFxA8dT7xP0s4rWxx_ymFA

Dibagikan dari WPS Office:
https://kso.page.link/wps
[1/5 22.11] +62 857-3197-8919: Trmkasih sdh bisa bergabung di group Belajar menulis
 

Komentar